PORTADIN Kota Denpasar

PORTADIN Kota Denpasar

July 21, 2017 SOUL ACTION SOUL Parenting 0

SOUL Action kembali berbagi dan melayani pada hari Selasa, 18 Juli 2017 di Gedung Sewaka Dharma Denpasar-Bali dan diikuti oleh ± 128 orang. Acara ini merupakan rangkaian peringatan hari anak nasional yang diselenggarakan oleh Portadin (Perkumpulan Orang Tua Anak Disabilitas Indonesia) Kota Denpasar, dan didukung oleh K3S (Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial) Kota Denpasar, Yayasan Cahaya Cinta Kasih, dan SIDIC (Sanglah Birth Defect Integrated Centre).

Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Ketua Portadin Kota Denpasar, Ketua K3S Kota Denpasar Ibu Selly D. Mantra, Kepala Sekolah dan Guru SLBN 1 Denpasar, SLBN 2 Denpasar, PLA (Pusat Layanan Autis) Lumintang, Susrusa, Gerkatin Denpasar, BDC (Bali Deaf Community), Anak Berkebutuhan Khusus beserta orangtua.

Acara dibuka dengan tari penyambutan – Tari Sundaram dari anak-anak Sanggar Seni Portadin, dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan Ketua Portadin Kota Denpasar. Kemudian penyerahan cinderamata dari Portadin kepada Narasumber Bunda Arsaningsih dan SIDIC Sanglah dr. Sugita SpA, serta penyerahan cinderamata dari Yayasan Cahaya Cinta Kasih – Bunda Arsaningsih kepada perwakilan K3S Kota Denpasar, Portadin Kota Denpasar dan SIDIC Sanglah.

dr. Sugita, SpA dari SIDIC Sanglah mengawali pemberian materi di antaranya mengenai batasan dan klasifikasi anak berkebutuhan khusus (ABK). Beliau juga menjelaskan bahwa sekitar 10 persen dari jumlah anak-anak di Bali adalah anak berkebutuhan khusus (ABK). Klasifikasi ABK di antaranya adalah Celebral Palsy, cacat fisik, kelainan mental, disabilitas intelektual, kelainan emosional dan sosial. “Ada anak kelainan mental yang tinggi dan rendah, yang tinggi biasanya anak berbakat, dan ini harus dibuatkan tempat, sehingga mereka dapat mengeksplorasi bakatnya. Sedangkan yang rendah adalah yang memiliki IQ rendah dan berpikir lambat” ujar dr. Sugita SpA.

Begitulah sekilas penjabaran materi yang diberikan oleh dr. Sugita SpA untuk para peserta yang hadir sore itu. Kemudian acara dilanjutkan dengan Materi SOUL Parenting dari Bunda Arsaningsih dengan tema “Bahagia Meningkatkan Kualitas Hidup yang Lebih Baik.”

Bunda Arsaningsih membuka materi dengan menjelaskan bahwa anak-anak yang berkebutuhan khusus biasanya memiliki kepekaan yang lebih, dan dalam proses rasa mereka lebih peka. Maka inilah yang penting bagi para orangtua untuk paham agar mampu memberikan radiasi-radiasi rasa yang positif kepada anak-anaknya. Ibu yang stress dan tegang ketika mengandung, banyak yang menghasilkan anak-anak berkebutuhan khusus. Seringkali para orangtua yang melihat anak-anak yang tidak sempurna ini menjadi sedih dan cemas. Maka peran orangtua sangatlah penting untuk mengolah rasa sehingga mampu meradiasikan bahagia secara batin, bukan kepura-puraan.

“Kita harus selaras lahir dan batin. Ketika kita memiliki timbunan kesedihan yang berlebihan, kita akan memiliki masalah di paru-paru atau pernafasan. Marah yang berlebih akan menimbulkan sakit lever. Cemas berlebih akan membuat sakit maag. Maka dari itu kita harus pintar mengolah rasa.” Ujar Bunda Arsaningsih.

Selain itu Bunda juga mengatakan bahwa batin yang sedih atau hal negatif lainnya tanpa disadari akan terkirim ke anak dan menempel di aura mereka dan aura anak akan tertutup dengan kualitas negatif. Maka dari itu para orangtua harus mampu menjaga batin, mampu untuk bahagia, sehingga yang teradiasi ke anak adalah bahagia. Orang tua harus mengkoreksi batin dengan menyadari dan menarik semua hal-hal negatif yang telah dikirimkan ke anaknya, sehingga hal ini tidak semakin membebani anak. Ibu yang mampu meradiasikan cinta akan membuat sang anak semakin merasa dekat dengan ibunya. Seorang Ibu  harus memberikan semangat bukan mengasihani, dan harus berpikir anak-anak mereka akan kuat dan baik-baik saja. Orangtua yang mampu memberikan cinta adalah mereka yang sudah bahagia. Orang yang bahagia adalah orang yang mampu meradiasikan bahagia, sehingga mampu mengubah lingkungannya ikut merasakan bahagia.

Bunda mengingatkan kembali bahwa anak-anak berkebutuhan khusus sebenarnya memiliki proses berpikir yang lebih simple dibanding para orangtua. Mereka (anak-anak) tidak merasa menderita, orangtua lah yang seringkali merasa kasihan dan membebani mereka. Bahagia berhubungan dengan konsep daya batin atau rasa yang terpancar. Semua tergantung pada hukum energi atau hukum di alam ini. Barang siapa selaras dengan hukum alam, hidup mereka akan berjalan dengan baik. Kemudian Bunda memberikan beberapa konsep energi kepada peserta yang hadir.

Energi akan mengalir dari tingkat yang tinggi ke tingkat yang rendah. Kalau orangtua bahagia maka energi ini akan mengalir ke anak, namun sebaliknya apabila energi orangtuanya rendah maka tidak akan bisa mensupport anak untuk sukses. Begitu juga dengan anak yang suka dibully, hal ini terjadi karena mereka rendah diri, sehingga level energinya rendah, maka mereka harus diajak agar lebih percaya diri agar level energinya meningkat.

Energi selalu mengikuti pikiran. Kita menciptakan kehidupan kita dengan pikiran kita sendiri maka dari itu semua agama mengarahkan untuk berpikir positif. Sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik. Ketika orangtua berpikir anak mereka bodoh maka anak itu akan terus bodoh. Energi sejenis menarik sejenis. Supaya kita mendapat hal yang baik beradalah pada lingkungan atau komunitas yang baik.

SOUL Parenting ini dibuat untuk meningkatkan kualitas bahagia pada orangtua, khususnya yang memiliki anak-anak yang berkebutuhan khusus. Hal ini karena kecenderungan bahagia anak lebih besar dibandingkan orangtuanya. Melalui metode SOUL Reflection atau pemurnian batin, Bunda mengajak peserta untuk memahami diri sendiri dengan membersihkan hal negatif yang ada di di dalam diri seperti iri hati, marah, stress, cemas, takut, tidak percaya diri. Sehingga dengan kualitas orangtua yang bahagia dan penuh cinta akan mampu mensupport anak untuk dapat bertumbuh dengan lebih baik.

(da)